Jumat, 25 Maret 2016

MAKAAH KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT THALASEMIA

Makalah Keperawatan Anak
Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Thalasemia











NAMA : Yessi Deswahyu Ningsih
                           NIM      : 1411877





Prodi DIII Keperawatan


STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

TA : 2015/2016


KATA PENGANTAR
Segala  puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan kekuatan, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Shalawat dan Salam penulis persembahkan kepada Nabi Muhammad Saw, Keluarga, Sahabat dan orang-orang yang selalu istiqamah didalam agama Islam.
Rasa syukur penulis yang sedalam-dalamnya kepada Allah Swt  yang telah memberikan karunia kepada penulis sehingga tersusunlah makalah ini dengan judul ” Asuhan Keperawatan Thalasemia ”
Akhirnya, penulis menginsafi bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, tanggapan dan teguran dari dosen Mata Kuliah Keperawatan Anak khususnya dan para pembaca umumnya sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Atas teguran dan kritiknya yang bersifat konstruktif terlebih dahulu kami ucapkan terima kasih.

Padang,  September 2015       
                                                                                                                                                                                                                                                                            Penulis













DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
A.    Latar Belakang...............................................................................................................3
B.     Tujuan ............................................................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI
A.    Konsep Dasar Penyakit
1.      Definisi.....................................................................................................................5
2.      Etiologi.....................................................................................................................7
3.      Klasifikasi.................................................................................................................8
4.      Patofisologi.............................................................................................................12
5.      Woc........................................................................................................................13
6.      Manifestasi Klinis..................................................................................................14
7.      Penalataksanaan......................................................................................................14
8.      Komplikasi.............................................................................................................15
B.     Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian..............................................................................................................15
2.      Diagnosa Keperawatan...........................................................................................18
3.      Intervensi Keperawatan..........................................................................................18
4.      Implementasi..........................................................................................................20
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.........................................................................................................................22
B.     Saran...................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Thalasemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut.Yang dimaksud dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah.Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh seorang dokter di Detroit USA yang bernama Thomas.
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diwariskan oleh orangtua kepada anak.Thalasemia mempengaruhi kemampuan dalam menghasilkan hemoglobin yang berakibat pada penyakit anemia.Hemoglobin adalah suatu protein dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen dan nutrisi lainnya ke sel-sel lainnya dalam tubuh.Sekitar 100.000 bayi di seluruh dunia terlahir dengan jenis thalassemia berbahaya setiap tahunnya.
Thalassemia terutama menimpa keturunan Italia, Yunani, Timur Tengah, Asia dan Afrika.Ada dua jenis thalassemia yaitu alpha dan beta. Kedua jenis thalassemia ini diwariskan dengan cara yang sama. Penyakit ini diturunkan oleh orangtua yang memiliki mutated gen atau gen mutasi thalassemia. Seorang anak yang mewarisi satu gen mutasi disebut pembawa atau carrier, atau yang disebut juga dengan thalassemia trait (sifat thalassemia). Kebanyakan pembawa ini hidup normal dan sehat. Anak yang mewarisi dua sifat gen, di mana satu dari ibu dan satu dari ayah, akan mempunyai penyakit thalassemia. Jika baik ibu maupun ayah adalah pembawa, kemungkinan anak mewarisi dua sifat gen, atau dengan kata lain mempunyai penyakit thalassemia, adalah sebesar 25 persen. Anak dari pasangan pembawa juga mempunyai 50 persen kemungkinan lahir sebagai pembawa.
Jenis paling berbahaya dari alpha thalassemia yang terutama menimpa keturunan Asia Tenggara, Cina dan Filipina menyebabkan kematian pada jabang bayi atau bayi baru lahir. Sementara itu, anak yang mewarisi dua gen mutasi beta thalassemia akan menderita penyakit beta thalassemia. Anak ini memiliki penyakit thalassemia ringan yang disebut dengan thalassemia intermedia yang menyebabkan anemia ringan sehingga si anak tidak memerlukan transfusi darah. Jenis thalassemia yang lebih berat adalah thalasemia major atau disebut juga dengan Cooley's Anemia. Penderita penyakit ini memerlukan transfusi darah dan perawatan yang intensif. Anak-anak yang menderita thalasemia major mulai menunjukkan gejala-gejala penyakit ini pada usia dua tahun pertama. Anak-anak ini terlihat pucat, lesu dan mempunyai nafsu makan rendah, sehingga menyebabkan pertumbuhannya terlambat.
Tanpa perawatan medik, limpa, jantung dan hati menjadi membesar.Di samping itu, tulang-tulang tumbuh kecil dan rapuh.Gagal jantung dan infeksi menjadi penyebab utama kematian anak-anak penderita thalassemia major yang tidak mendapat perawatan semestinya.Bagi anak-anak penderita thalassemia major, transfusi darah dan suntikan antibiotic sangat diperlukan.

Transfusi darah yang rutin menjaga tingkat hemoglobin darah mendekati normal. Namun, transfusi darah yang dilakukan berkali-kali juga mempunyai efek samping, yaitu pengendapan besi dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan hati, jantung dan organ- organ tubuh lain.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan thalassemia

2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien thalasemia.
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien thalasemia.
c. Dapat membuat perencanaan pada klien thalasemia.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien thalasemia.

















BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit
1. PENGERTIAN
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif.Ditandai oleh defisiensi produksi globin pada hemoglobin.dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari).
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi produksi rantai globin pada hemoglobin.
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif .
Thalasemia kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang ditandai oleh penurunan kecepatan sintesis satu rantai polipeptida hemoglobin atau lebih diklasifikasikan menurut rantai yang terkena (alfa, beta, gamma) ; dua kategori mayor adalah alfa-dan beta-thalasemia, alfa-t, thalasemia yang disebabkan oleh penurunan kecepatan sintesis rantai alfa hemoglobin .
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 120 hari). Penyebab kerusakan tersebut adalah Hb yang tidak normal sebagai akibat dari gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur Hb .
Thalasemia merupakan keadaan yang diwarisi, yaitu diwariskan dari keluarga kepada anak. Kecacatan gen menyebabkan haemoglobin dalam sel darah merah menjadi tidak normal. Mereka yang mempunyai penyakit Thalasemia tidak dapat menghasilkan haemoglobin yang mencukupi dalam darah mereka. Haemoglobin adalah bahagian sel darah merah yang mengangkut oksigen daripada paru-paru keseluruh tubuh. Semua tisu tubuh manusia memerlukan oksigen. Akibat kekurangan sel darah merah yang normal akan menyebabkan pesakit kelihatan pucat kerana paras hemoglobin (Hb) yang rendah (anemia).

Talasemia terbagi tiga jenis yaitu:
1. Talasemia major, paling serius. Ia juga dikenali sebagai Cooley's anemia sempena nama doktor yang mula-mula menjumpai penyakit ini pada tahun 1925. Talasemia major merujuk kepada mereka yang mempunyai baka talasemia sepenuhnya dan menunjukkan tanda-tanda talasemia.
2.Talasemia intermedia, Cooley's anemia yang sederhana.
3. Talasemia minor, tidak mempunyai gejala tetapi terdapat perubahan dalam darah. alasemia minor merujuk kepada mereka yang mempunyai kecacatan gen talasemia tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda talasemia atau pembawa.

2. ETIOLOGI
Thalassemia bukan penyakit menular melainkan penyakit yang diturunkan secara genetik dan resesif. Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia-beta. Seorang pembawa sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik).
Seorang pembawa sifat thalassemia jarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia (Homozigot/Mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing membawa sifat thalassemia. Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua orang tuanya masing-masing pembawa sifat thalassemia maka pada setiap pembuahan akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak mendapatkan gen globin beta yang berubah (gen thalassemia) dari bapak dan ibunya maka anak akan menderita thalassemia. Sedangkan bila anak hanya mendapat sebelah gen thalassemia dari ibu atau ayah maka anak hanya membawa penyakit ini. Kemungkinan lain adalah anak mendapatkan gen globin beta normal dari kedua orang tuanya.
 Penyakit thalassemia adalah penyakit keturunan yang tidak dapat ditularkan.banyak diturunkan oleh pasangan suami isteri yang mengidap thalassemia dalam sel – selnya/ Faktor genetik.
Jika kedua orang tua tidak menderita Thalassaemia trait/pembawasifat Thalassaemia, maka tidak mungkin mereka menurunkan Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia atau Thalassaemia mayor kepada anak-anak mereka. Semua anak-anak mereka akan mempunyai darah yang normal.
Apabila salah seorang dari orang tua menderita Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia sedangkan yang lainnya tidak, maka satu dibanding dua (50%) kemungkinannya bahwa setiap anak-anak mereka akan menderita Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia, tidak seorang diantara anak-anak mereka akan menderita Thalassaemia mayor. Orang dengan Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia adalah sehat, mereka dapat menurunkan sifat-sifat bawaan tersebut kepada anak-anaknya tanpa ada yang mengetahui bahwa sifat-sifat tersebut ada di kalangan keluarga mereka.
Apabila kedua orang tua menderita Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia, maka anak-anak mereka mungkin akan menderita Thalassaemia trait/pembawa sifat Thalassaemia atau mungkin juga memiliki darah yang normal, atau mereka mungkin juga menderita Thalassaemia mayor
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Thalasemia

Skema Penurunan Gen Thalasemia Mendel       
3.   KLASIFIKASI
Hemoglobin terdiri dari rantaian globin dan hem tetapi pada Thalassemia terjadi gangguan produksi rantai α atau β. Dua kromosom 11 mempunyai satu gen β pada setiap kromosom (total dua gen β) sedangkan dua kromosom 16 mempunyai dua gen α pada setiap kromosom (total empat gen α). Oleh karena itu satu protein Hb mempunyai dua subunit α dan dua subunit β. Secara normal setiap gen globin α memproduksi hanya separuh dari kuantitas protein yang dihasilkan gen globin β, menghasilkan produksi subunit protein yang seimbang.
Thalassemia terjadi apabila gen globin gagal, dan produksi protein globin subunit tidak seimbang. Abnormalitas pada gen globin α akan menyebabkan defek pada seluruh gen, sedangkan abnormalitas pada gen rantai globin β dapat menyebabkan defek yang menyeluruh atau parsial.
      Thalassemia diklasifikasikan berdasarkan rantai globin mana yang mengalami defek, yaitu Thalassemia α dan Thalassemia β. Pelbagai defek secara delesi dan nondelesi dapat menyebabkan Thalassemia.
a.      Thalassemia α
Terjadi duplikasi gen α (HBA1 dan HBA2) pada kromosom 16, maka akan terdapat total empat gen α (αα/αα). Delesi gen sering terjadi pada Thalassemia α maka terminologi untuk Thalassemia α tergantung terhadap delesi yang terjadi, apakah pada satu gen atau dua gen. Apabila terjadi pada dua gen, kemudian dilihat lokai kedua gen yang delesi berada pada kromosom yang sama (cis) atau berbeda (trans). Delesi pada satu gen α dilabel α+ sedangkan pada dua gen dilabel αo.
1)      Delesi satu gen α / silent carrier/ (-α/αα)
Kehilangan satu gen memberi sedikit efek pada produksi protein α sehingga secara umum kondisinya kelihatan normal dan perlu pemeriksaan laboratorium khusus untuk mendeteksinya. Individu tersebut dikatakan sebagai karier dan bisa menurunkan kepada anaknya.
2)      Delesi dua gen α / Thalassemia α minor (--/αα) atau (-α/-α)
Tipe ini menghasilkan kondisi dengan eritrosit hipokromik mikrositik dan anemia ringan. Individu dengan tipe ini biasanya kelihatan dan merasa normal dan mereka merupakan karier yang bisa menurunkan gen kepada anak.
3)      Delesi 3 gen α / Hemoglobin H (--/-α)
Pada tipe ini penderita dapat mengalami anemia berat dan sering memerlukan transfusi darah untuk hidup. Ketidakseimbangan besar antara produksi rantai α dan β menyebabkan akumulasi rantai β di dalam eritrosit menghasilkan generasi Hb yang abnormal yaitu Hemoglobin H (Hb H/ β4) .
4)      Delesi 4 gen α / Hemoglobin Bart (--/--)
Tipe ini adalah paling berat, penderita tidak dapat hidup dan biasanya meninggal di dalam kandungan atau beberapa saat setelah dilahirkan, yang biasanya diakibatkan oleh hydrop fetalis. Kekurangan empat rantai α menyebabkan kelebihan rantai γ (diproduksi semasa kehidupan fetal) dan rantai β menghasilkan masing-masing hemoglobin yang abnormal yaitu Hemoglobin Barts (γ4 / Hb Bart, afiniti terhadap oksigen sangat tinggi)  atau Hb H (β4, tidak stabil).
b.      Thalasemia β
Thalassemia β disebabkan gangguan pada gen β yang terdapat pada kromosom 11. Kebanyakkan dari mutasi Thalassemia β disebabkan point mutation dibandingkan akibat delesi gen. Penyakit ini diturunkan secara resesif dan biasanya hanya terdapat di daerah tropis dan subtropis serta di daerah dengan prevalensi malaria yang endemik.
  Thalassemia βo
Tipe ini disebabkan tidak ada rantai globin β yang dihasilkan. Satu pertiga penderita Thalassemia mengalami tipe ini.
  Thalassemia β+
Pada kondisi ini, defisiensi partial pada produksi rantai globin β terjadi. Sebanyak 10-50% dari sintesis rantai globin β yang normal dihasilkan pada keadaan ini.
·         Secara klinis, Thalassemia β dikategori kepada:
1)      Thalassemia β minor / Thalassemia β trait(heterozygous) / (β+β) or (βoβ)
2)      Salah satu gen adalah normal (β) sedangkan satu lagi abnormal, sama ada β+ atau βo. In       dividu dengan Thalassemia ini biasanya tidak menunjukkan simptom dan biasanya terdeteksi sewaktu pemeriksaan darah rutin. Meskipun terdapat ketidakseimbangan, kondisi yang terjadi adalah ringan karena masih terdapat satu gen β yang masih berfungsi secara normal dan formasi kombinasi αβ yang normal masih bisa terjadi .
Anemia yang terjadi adalah mikrositik, hipokrom dan hemolitik. Penurunan ringan pada sistesis rantai globin β menurunkan produksi hemoglobin. Rantai α yang berlebihan diseimbangkan oleh peningkatan produksi rantai δ di mana keduanya akan berikatan membentuk HbA2 / α2δ2 (3.5-8%). Individu tersebut sepenuhnya asimptomatik dan selain dari anemia ringan, tidak menunjukkan manifestasi klinis yang lainnya (Sachdeva, 2006)
3)      Thalassemia β mayor / Cooley's Anemia (homozygous) (β+βo) or (βoβo) or (β+β+)
4)      Pada kondisi ini, kedua gen rantai β mengalami disfungsi.
 HbA langsung tidak ada pada βoβo dan menurun banyak pada β+β+. Penyakit ini berhubungan dengan gagal tumbuh dan sering menyebabkan kematian pada remaja. Anemia berat terjadi dan pasien memerlukan transfusi darah dan gejala tersebut selalunya bermanifestasi pada 6 bulan terakhir dari tahun pertama kehidupan atas akibat penukaran dari sistesis rantai globin γ (Hb F/ α2γ2) kepada β (Hb A / α2β2).
5)      Thalassemia β intermedia (β+/β+) atau (βo/β+)
6)      Simptom yang timbul biasanya antara Thalassemia minor dan mayor.
·         Secaraumum, terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :
a.Thalasemia Mayor,
karena sifat-sifat gen dominan. Thalasemia mayor merupakan penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang bersangkutan memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya.
 Penderita thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3-18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan facies cooley. Faies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.
Penderita thalasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih khusus. Pada umumnya, penderita thalasemia mayor harus menjalani transfusi darah dan pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang baik, hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-8 bulan. Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung dari berat ringannya penyakit. Yang pasti, semakin berat penyakitnya, kian sering pula si penderita harus menjalani transfusi darah.
b.      Thalasemia Minor,
Individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun individu hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak mereka menerita thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit thalasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering mengalami pendarahan. Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah di sepanjang hidupnya
3.  Secara molekuler talasemia dibedakan atas: 
a. Talasemia  (gangguan pembentukan rantai )
b. Talasemia  (gangguan pembentukan rantai )
3.      Talasemia - (gangguan pembentukan rantai  dan  yang letak gen-nya diduga berdekatan).
4.      Talasemia  (gangguan pembentukan rantai )
4. PATOFISIOLOGI
Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb A dengan polipeptida rantai alfa dan dua rantai beta . Pada beta thalasemia adalah tidak adanya atau kurangnya rantai beta dalam molekul hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan eritrosit membawa oksigen. Adanya suatu kompensator yang meningkat dalam rantai alfa, tetapi rantai beta memproduksi secara terus-menerus sehingga menghasilkan hemoglobin defective. Ketidakseimbangan polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan disintegrasi. Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis.

Kelebihan dalam rantai alfa ditemukan pada thalasemia beta dan kelebihan rantai beta dan gamma ditemukan pada thalasemia alfa. Kelebihan rantai polipeptida kini mengalami presipitasi dalam sel eritrosit. Globin intra eritrositik yang mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida alfa dan beta, atau terdiri dari hemoglobin tak stbil badan Heinz, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis. Produksi dalam hemoglobin menstimulasi bone marrow memproduksi RBC yang lebih. Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC diluar menjadi eritropoetik aktif. Kompensator produksi RBC secara terus-menerus pada suatu dasar kronik. Dan dengan cepatnya destruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh.








5. WOC
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Thalasemia

6. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda klinis thalasemia :
1. Kelesuan.
2. Bibir, lidah, tangan, kaki dan bahagian lain berwarna pucat.
3. Sesak nafas.
4. Hilang selera makan dan bengkak di bagian abdomen.
5. Hemoglobin yang rendah yaitu kurang daripada 10g/dl.

Pada thalasemia mayor gejala klinik telah terlibat sejak umur kurang dari 1 tahun. Gejala yang tampak ialah anak lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur berat badan kurang. Pada anak yang besar sering dijumpai adanya gizi buruk, perut membuncit, karena adanya pembesaran limfa dan hati yang diraba. Adanya pembesaran hati dan limfa tersebut mempengaruhi gerak sipasien karena kemampuannya terbatas. Limfa yang membesar ini akan mudah rupture karena trauma ringan saja.
Gejala ini adalah bentuk muka yang mongoloid, hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua mata lebar dan tulan dahi juga lebar. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan perkembangan ketulang muka dan tengkorak, gambaran radiologis tulang memperhatikan medulla yang lebar korteks tipis dan trabekula besar.

Keadaan  kulit pucat kekuning-kuningan, jika pasien telah sering mendapatkan transfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam jaringan kulit. Penimbunan besi (hemosiderosis) dalam jaringan tubuh seperti pada hepar, limfa, jantung akan mengakibatkan gangguan faal alat-alat tersebut (hemokromatosis).

7. PENALATAKSANAAN / PENUNJANG
a.       Pemeriksaan darah tepi
      1)      Kadar konsentrasi Hb menurun dapat sampai 2-3 g%.
2)      Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik dan hipokromik sedang, hitung darah sel darah merah normal
3)      Retikulosit meningkat.

b.      Pemeriksaan radiologi
1)      Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks.
2)      Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga trabekula tampak jelas.
8. KOMPLIKASI
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Transfusi darah yang berulang-ulang dari proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah tinggi, sehingga tertimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan lain-lain. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut (hemokromotosis).Limpa yang besar mudah ruptur akibat trauma yang ringan, kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung.
Secara umum komplikasi thalassemia antara lain :
a. Fraktur patologi
b.Hepatosplenomegali
c. Gangguan tumbang
d.Disfungsi organ
e. Gagal jantung
f. Hemosiderosis
g.Hemokromatosis
h. infeksi

B.ASUHAN KEPERAWATAN

1.      PENGKAJIAN

1. Asal keturunan/kewarganegaraan
Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah (mediterania). Seperti turki, yunani, Cyprus, dll. Di Indonesia sendiri, thalassemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita.



2. Umur
Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada thalasemia minor yang gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru datang berobat pada umur sekitar 4 – 6 tahun.
3. Riwayat kesehatan anak
Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport.
4.Pertumbuhan dan perkembangan
Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi, karena adanya pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi terutama untuk thalassemia mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah kecil untuk umurnya dan ada keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada pertumbuhan rambut pubis dan ketiak. Kecerdasan anak juga dapat mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal.
5. Pola makan
Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan, sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.
6. Pola aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak tidur / istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah merasa lelah
7. Riwayat kesehatan keluarga
Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah orang tua yang menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua menderita thalassemia, maka anaknya berisiko menderita thalassemia mayor. Oleh karena itu, konseling pranikah sebenarnya perlu dilakukan karena berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang mungkin disebabkan karena keturunan.


8. Riwayat ibu saat hamil (Ante Natal Core – ANC)
Selama Masa Kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor risiko thalassemia. Sering orang tua merasa bahwa dirinya sehat. Apabila diduga faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan mengenai risiko yang mungkin dialami oleh anaknya nanti setelah lahir. Untuk memestikan diagnosis, maka ibu segera dirujuk ke dokter.
9. Data keadaan fisik anak thalassemia yang sering didapatkan diantaranya adalah:
a.Keadaan umum
Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak selincah aanak seusianya yang normal.
b. Kepala dan bentuk muka
Anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan tulang dahi terlihat lebar.
c.Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan
d. Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman
e.Dada
Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik.
f. Perut
Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa dan hati ( hepatosplemagali).
g. Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB nya kurang dari normal.
Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
h. Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas
Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya, tidak adanya pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena adanya anemia kronik.

i.        Kulit
Warna kulit pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering mendapat transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (Penurunan Hemoglobin)
c. Kerusakkan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan oksigen

3.INTERVESI KEPERAWATAN
Diagnosa I
Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan
NOC:
1). Status nutrisi
2). Masa berat badan
Kriteria Hasil:
a.       Intake nutrisipasienadekuat
b.      Intake makananpasienadekuat
c.       Presentasi BB anak ideal
NIC:
1). Management nutrisi
1.  Pastikan pilihan makanan pasien
2.  Monitor intake nutrisi pasien
3. Tawarkan pasien makanan tinggi protein, tinggi kalori, makanan dan minuman yang bergizi yang bisa dikonsumsi

2). Management berat badan
1. Diskusikan resiko-resiko bila berat badan dibawah rata-rata ideal
Diagnosa II
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (Penurunan Hemoglobin)
NOC:
1). Kontrol resiko
2). Status imun
Kriteria Hasil:
a. Monitor perubahan status kesehatan
b.Mengetahui faktor-faktor resiko
c. Jumlah sel darah putih
d. Suhu tubuh
e. Observasi demam
f. Malaise
NIC:
1). Memberikan resep obat
1.  kaji riwayat kesehatan dan obat yang dahulu pernah digunakan
2.  konsultasi dengan farmakologi
2)      Kontrol Infeksi
1.administrasi terapi antibiotic

Diagnosa III
Kerusakkan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi
NOC:
1). Status sirkulasi
2). Perfusi jaringan perifer
Kriteria Hasil:
a.       Tekanan nadi dalam rentang normal
b.      Pengisiankapilerkurangdari 2-3 detik
NIC:
1). Circulatory Precautions
1. Lakukan pengkajian komperhensif sirkulasi perifer (Cek nadi perifer edema, kapilari refill, warna kulit dan temperature)
2). Skin surveillance
1 Observasi ekstremitas yaitu warna, kehangatan, bengkak, nadi, tekstur, edema dan ulserasi
2. Monitor infeksi

Diagnosa IV
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan oksigen
NOC:
1). Status sirkulasi pasien baik
2). Status pernafasan pasien baik
Kriteria Hasil:
a.       Tekanan darah sistolik dalam rentang normal
b.      Tekanan darah diastolic dalam rentang  normal
c.       Tekanan nadi dalam rentang normal
d.      Pernafasan pasien dalam rentang normal 
NIC :
1). Terapi Oksigen
1. Pertahankan kecepatan jalan nafas
2. Monitor posisi pasien
3.Monitor warna kulit pasien
2). Disritmia Management
1. Monitor dan koreksi kekurangan oksigen dan ketidakseimbangan cairan
2. Monitor respon hemodinamik menuju disritmia
3). Self care Assistance
1. Monitor kemampuan perawatan mandiri pasien
2. Monitor keperluan pasien untuk cara adapif melakukan personal hygiene, berpakaian, toileting dan makan
4. Implementasi
1.      Perfusi jaringan adekuat
-          Memonitor tanda –tanda vital, pengisian kapiler, warna kulit, membran mukosa
-          Meninggikan posisi kepala di tempat tidur
-          Memeriksa dan mendokumentasikan  adanya rasa dingin
-          Mempertahankan suhu lingkungan agar tetap hangat sesuai kebutuhan tubuh
-          Memberikan oksigen sesuai dengan kebutuhan

2.      Mendukung anak tetap toleran aktivitas
-          Menilai kemampuan anak dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi fisik dan tugas perkembangan anak
-          Memonitor tanda-tanda vital selama dan setelah melakukan aktivitas dan mencatat adanya respon fisiologis terhadap aktivitas
-          Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga untuk berhenti melakukan aktivitas jika terjadi gejala-gejala peningkat denyut jantung, peningkatan tekanan darah, nafas cepat, pusing dan kelelahan
3.       Memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat

4.      Keluarga akan mengatasi dan dapat mengendalikan stress yang terjadi pada keluarga


















BAB III
PENUTUP
A.       KESIMPULAN
Thalasemia merupakanpenyakit anemia hemolitikherediter yang diturunkansecararesesif.Ditandaiolehdefisiensiproduksi globin padahemoglobin.dimanaterjadikerusakanseldarahmerah di dalampembuluhdarahsehinggaumureritrositmenjadipendek (kurangdari 100 hari).
Kerusakantersebutkarena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia).Penyakitini di sebabkanolehfaktorgenetikdanpembagiannya, dibagisesuaidenganmolekkularnya.Tetapisecaraumumthalasemiadibagimenjadi 3 yaituthalasemiainiyaitumengalami anemia tiapdarike 3 jenisthalasemiatersebut, gejalanyasesuaidengantingktkeparahanpenatalaksanaandarithalasemiainidengancaratranfusidarah (kebanyakan).
Tetapi yang lebihpentingharus di lakukanpenyuluhansebelumperkawinanuntukmencegahperkawinandiantarapasienthalasemia agar tidakmendapatkanketurunan yang homozogot.

B.       Saran

Thalassemia iniharussudahdidiagnosissejakdinidandiharapkankepadapenderita agar peduliterhadappenyakitnya.Karenagejalaawalnyaseperti anemia biasa, makagejalatersebutjangandiabaikandanlakukanpengobatansejakdinisertakonsultasikankepadadokter.Untukmenghindariresikoakibatpenyakit thalassemia, Pemerintahdiharapkan agar menghimbaudanmemberikaninformasi yang jelaskepadamasyarakatmengenaipenyakit thalassemia denganjelasdanbagaimanapenanggulangyang tepat.














DAFTAR PUSTAKA
Dorland.1998. Kamus Saku Kedokteran.Jakarta : EGC
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (Ed. 9).Jakarta : EGC
Editors, Moorhead, Sue, dkk. 2007. Nursing Outcomes Classification Fourth Edition. Mosby
NANDA.2012. Dianosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta : EGC
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit.Jakarta :EGC
Nursalam.2005. Asuhan Keperawatan bayi dan Anak.Jakarta : Salemba Medika